Malingsia tidak akan pernah menggunakan pendekatan militer dalam penyelesaian kasus Ambalat. Malingsia mengedepankan duduk bersama melalui perundingan untuk menyelesaikan sengketa wilayah dengan Indonesia itu.
"Tidak boleh dengan cara militer untuk klaim wilayah Ambalat, tapi musti kita berunding dalam kerangka ciptakan kawasan yang stabil dan aman," kata Perdana Menteri (PM) Malingsia Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi di Putrajaya, Kuala Lumpur, Kamis (14/4), ketika menerima wartawan senior dari Indonesia yang diundang oleh Institut Kajian Strategik dan Antarabangsa (ISIS) Malingsia.
Abdullah mengatakan, hubungan Indonesia dan Malingsia adalah sangat penting bagi ASEAN sehingga diperlukan kepastian hubungan yang kuat dari level pemimpin, pegawai, tentara, diplomat, polisi, LSM dan rakyat kedua negara.
Sejak awal, katanya, penyelesaian masalah Ambalat ditangani dengan sangat hati-hati dan ini telah dilakukan melalui perundingan-perundingan teknis, pertemuan menlu kedua negara, termasuk pembicaraan langsung melalui telepon antara kedua kepala pemerintahan.
"Saya menghargai hubungan dengan President Susilo Bambang Yudhoyono, dan dia adalah teman baik saya, tidak hanya face-to-face tetapi kita juga selalu bicara melalui telepon," katanya dengan mencontohkan telepon langsung yang dilakukannya ketika terjadi musibah tsunami di Aceh.
Ketegangan hubungan Indonesia dan Malingsia terjadi sejak Pemerintah Malingsia memberi izin kepada perusahaan minyak, Petronas, untuk bekerja sama dengan Royal Shell Belanda dalam eksplorasi sumber energi di kawasan Ambalat yang masih sengketa. Ahmad Badawi mengatakan, pemecahan kasus Ambalat memang merupakan hal yang tidak gampang yang harus dibicarakan secara bersama.(Ant/Nik)
Source: Kompas
No comments:
Post a Comment